Minggu, 13 April 2014

JGSN Minggu Sengsara VII (13 April 2014): “Allah Peduli”

Pemuda JGSN Rayon 1 & 2

Akulah Pemenang

                Narator: “Bersorak-soraklah, hai Putri Sion! Bersorak-soraklah, hai Putri Yerusalem! Bersorak-soraklah, hai umat Tuhan! Lihatlah Rajamu datang kepadamu! Ia Raja yang adil, Ia lemah lembut, Ia mengendarai seekor keledai…seekor keledai yang muda.”
               
                Jemaat: “Hosana…Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan. Hosana di tempat yang maha tinggi!” (Panggilan Beribadah; Liturgi Minggu Sengsara VII    GMIT Klasis Kota Kupang Rayon IV).
Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol & MJGSN Ry. 1

Tema Minggu Sengsara VII adalah “Allah Peduli”, dengan Sub Tema: “Akulah Pemenang.” Pembacaan Nats Pembimbing dan Pembacaan Firman terambil dari Filipi2:5 dan Filipi 2:1-11 (Nasehat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus). Berdasarkan tema dan sub tema pada Tata Ibadah Minggu Sengsara II, maka khotbah oleh Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, SSi.Teol. menekankan tentang kemerosotan hidup manusia sebagai akibat dari dosa dan pelanggaran.

Kebaktian Minggu Sengsara VII, 9 Maret 2014 dipimpin oleh Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, SSi.Teol. (Ketua Majelis Jemaat Gunung Sinai Naikolan) yang dihadiri 578 peserta; Jemaat  (L: 185, P: 334) dan Majelis Jemaat (L: 25, P: 34) berlangsung dengan menggunakan Liturgi Khusus Minggu Sengsara VII GMIT Klasis Kota Kupang Rayon IV.
PS. JGSN (Gabungan)

Dalam kebaktian Minggu Sengsara VII kali ini, pada tahapan PENGAKUAN DOSA dilangsungkan sebuah adegan oleh Pemuda Jemaat Rayon 1 dan 2 yang menggambarkan tentang menjadi pemenang dengan sikap sombong dan tinggi hati. Berikut ini adalah cuplikan narasi yang terambil dari Tata Ibadah Minggu Sengsara VII GMIT Klasis Kota Kupang Rayon IV:               

PENGAKUAN DOSA

Penatua: mengajak jemaat merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Saat teduh…….diiringi instrument lagu KJ 368…..
Pemuda JGSN Rayon 1 & 2


Pemuda 1:
Sementara jemaat dalam suasana hening, tiba-tiba muncul seorang pemuda, mukanya bertopeng, masuk dari pintu samping (kiri atau kanan), sambil melihat ke kiri dan ke kanan, melihat ke depan jemaat dan berkata dengan suara lantang:
“Hei……semua yang ada di sini..! Siapa yang jago? Siapa? Kalo ada yang jago, maju lawan saya…! Kenapa diam? Apa kalian takut?”

Pemuda 2:
Pemuda 2 sedang duduk di tengah-tengah jemaat. Dia berdiri dan berjalan menuju pemuda yang bertopeng. Sambil berkacak pinggang dia berkata:
“Oh…jadi bu ada kasi warta jemaat….kalo bu ni yang paling jago ?”
Kemudian ia menyentuh pemuda yang bertopeng, dia berkata:
“Bu…kalo mau kasi tunju jago, jangan dalam gereja…! Bu coba lihat-lihat…, kitong yang ada ni, banyak ju yang jago! Bukan cuma bu sa…! Tapi kitong tau aturan…! Kitong pung jago di luar gereja..! Jadi kalo mau tunju jago, tahan…!! Sebentar keluar gereja baru bu liat…, bu yang jago ko beta yang jago?!”

Pemuda 1:
“Ya…”
Diucapkan dengan nada ejekan dan jari telunjuk diarahkan kepada Pemuda 2 sambil berkata:
“Kalo begitu saudara ini munafik..!”

Pemuda 2:
Pemuda 2 tidak terima baik kata-kata itu. Sambil memegang kerah baju Pemuda 1 (bertopeng), dia berkata:
“Apa kau bilang..?”
Keduanya berakting seolah-olah mereka bertengkar dan berkelahi.

Narator:
“Berhenti…berhenti…! Jangan berkelahi..!”
Seorang Diaken pergi  dan memisahkan mereka berdua.
“Saudara-saudara…! Mestinya kita selalu sadar…, tidak menganggap diri kita lebih hebat dan lebih baik dari orang lain! Karena sikap yang demikian adalah sikap orang-orang yang kalah. Kalah karena kesombongan diri. Kita kalah karena tidak mampu mengalahkan diri sendiri.”
VG. Kaum Bapak JGSN

Jemaat: Bernyanyi dari Kidung Pujian 145:1 “Bawalah Aku Tuhan” (sesuai ragam  Kidung Jemaat 368)
“Bawalah aku< Tuhan dekat ke salib-Mu
Agar ‘ku dis’lamatkan karena darah-Mu
Salib-Mu, salib-Mu mulia dan kudus
Dilenyapkan dosaku oleh darah Yesus”

Narator:
“Saudara-saudara…! Sesungguhnya orang-orang yang menang adalah yang dapat mengalahkan dirinya sendiri. Mereka rendah hati, rela kalah demi kemenangan orang lain. Mereka lamban marah, tidak menyimpan dendam, mau memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain.”
Kedua pemuda sadar…, mereka berjabat tangan dan saling memaafkan, dan berpelukan sebagai tanda kasih.

Pelayan: Berdoa.


31 Anggota Sidi Baru
Kebaktian Utama Minggu kali ini juga dilangsungkan sakramen baptisan kudus bagi seorang calon sidi baru, serta peneguhan dan perhadapan 31 anggota sidi baru. Majelis yang bertugas pada Minggu Sengsara VII adalah Majelis Jemaat GSN Rayon 1. VG/PS/Solo yang mengisi liturgy kali ini adalah: PS Gabungan JGSN, GSN Music Choir, VG Kaum Bapak, Sisga Talas (Solo), VG Anggota Sidi Baru, dan Della Prila Mapada (Solo dari Jemaat Pniel Sikumana).


Selamat Merayakan Minggu Sengsara VII & Selamat menyongsong Jumat Agung…!

0 comments:

Posting Komentar