Minggu, 01 Maret 2015

Kasih Allah Menyelamatkan Umat-Nya (Minggu Sengsara III)

Cavik. Welly Oematan, S.Th.

“Kasih Allah Menyelamatkan Umat-Nya” adalah tema Kebaktian Utama Minggu sekaligus Kebaktian Minggu Sengsara III (1 Maret 2015) di Jemaat Gunung Sinai Naikolan. Kebaktian dipimpin oleh Cavik. Welly Oematan, S.Th. dengan menggunakan Tata Ibadah Khusus Minggu Sengsara III yang disusun oleh Majelis Klasis Kota Kupang-Rayon IV. Pembacaan Firman Tuhan terambil dari Markus2:13-17 dengan judul “Lewi pemungut cukai mengikut Yesus”.

Majelis rayon yang bertugas pada kebaktian Minggu Sengsara III adalah Majelis Rayon 6 JGSN.

Puji-pujian liturgy terambil dari:

  1. KJ 157:1 “INSAN, TANGISI DOSAMU” (Intrumen Pembuka),
  2. NKB 73:1, 2 & 3 “KASIH TUHANKU LEMBUT” (Panggilan Beribadah),
  3. KJ 158:1 & 2 “’KU INGIN MENGHAYATI” (Introitus: Nats Pembimbing),
  4. KJ 32:1 “KULIHAT SALIBMU” (Pengakuan Dosa),
  5. KJ 40:2 “AJAIB BENAR ANUGERAH” (Berita Anugerah),
  6. KJ 166:1 “TERSALIB DAN SENGSARA” (Puji-Pujian),
  7. Ragam KJ 473b “HOSIANA” (Pemberitaan Firman),
  8. KJ 38:5 “T’LAH KUTEMUKAN DASAR KUAT” (Pengakuan Iman),
  9. KJ 367:1-6 “PADAMU, TUHAN DAN ALLAHKU” & KJ 302 “KUB’RI PERSEMBAHAN” (Persembahan), dan
  10. KJ 446:1-3 “SETIALAH” (Pengutusan).


Firman Tuhan saat ini menggambarkan Yesus sebagai hamba dan pekerja, tokoh yang selalu dekat dengan orang-orang yang disudutkan, dan yang termajinalkan, termasuk Lewi sang pemungut cukai.

Tradisi Yahudi menganut paham bahwa pemungut cukai dianggap sebagai pengkhianat, karena bekerja untuk pemerintah Romawi. Dalam menjalankan pekerjaannya kadang mereka menagih pajak lebih dari yang seharusnya. Tujuannya adalah sebagian dari apa yang mereka tagih itu masuk ke dalam kantong mereka. Inilah latar belakang yang membuat para pemungut cukai dianggap sebagai kaum marginal, hina, dipandang remeh bahkan dicap sebagai orang berdosa. Mereka adalah golongan yang dibenci oleh orang-orang Yahudi sehingga mereka harus diasingkan dan dijauhi.

Di pihak lain, justru berbeda dengan apa yang Yesus tampilkan. Yang Yesus tampilkan adalah sikap untuk menerima Lewi sang pemungut cukai yang dicap sebagai orang berdosa. Yesus justru mendekatinya dan memanggilnya untuk meninggalkan semua pekerjaannya lalu mengikut Yesus. Bagi Yesus, tidak ada alasan bagi-Nya untuk memandang rendah Lewi karena pekerjaanya, tetapi orang-orang seperti Lewilah yang harus diberi perhatian bahkan tidak menutup diri kepada mereka supaya mereka jangan terus tenggelam dalam kesalahan yang diperbuat.

Pelajaran lain yang terdapat dalam Firman ini adalah mengenai respon Lewi. Lewi pemungut cukai merespon dengan amat cepat terhadap panggilan Tuhan. Ia menjawab panggilan Tuhan. Lewi sang pemungut cukai menerima ajakan Yesus untuk mengikut-Nya oleh karena si pemungut cukai yang berdosa itu menemukan kasih Allah dalam ajakan Yesus: “Ikutlah Aku!” Lewi percaya bahwa kasih Allah yang akan menyelamatkannya dari belenggu dosa.

Bukankah yang dirasakan Lewi ini sama dengan tema perayaan Minggu Sengsara yang ke-3 ini: “Kasih Allah Menyelamatkan Umat-Nya”? Bagaimana dengan kita yang juga telah merasakan dan menikmati kasih Allah itu? Mungkinkah kita sudah merespon terhadap panggilan dan ajakan Tuhan Yesus yang di dalamnya sarat dengan makna kasih Allah yang menyelamatkan kita? Masa Raya Pra-Paskah III ini perlu dihayati dengan pertanyaan refleksi ini: “Adakah kita menjadi Lewi masa kina?” (Renungan—Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 1 Maret 2015)  

“Selamat merayakan Masa Raya Pra-Paskah (Minggu Sengsara III)!”

0 comments:

Posting Komentar