Akulah
Pemenang
Kebaktian Utama Minggu, 13 April 2014 dipimpin oleh Pdt. Ch. S. V.
Lada-Messakh, SSi.Teol. (Ketua Majelis Jemaat Gunung Sinai Naikolan) dengan
mengambil pembacaan Nats Pembimbing: Filipi 2:5 dan Firman Tuhan: Filipi 2:1-11
dengan sub judul: “Nasehat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Yesus”.
Kebaktian yang dihadiri 578 peserta; Jemaat (L: 185, P: 334) dan Majelis Jemaat (L: 25, P:
34) berlangsung dengan menggunakan Liturgi Khusus Minggu Sengsara VII GMIT Klasis
Kota Kupang Rayon IV, dengan Tema: “Allah Peduli”, dan Sub Tema: “Akulah
Pemenang.”
Dalam khotbahnya, Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, SSi.Teol.
menekankan tentang Pemahaman tentang
pemenang menurut pikiran manusia dan menurut Alkitab.
Khotbah diawali dengan 2 buah adegan
yang diperankan oleh PAR Jemaat Rayon 1 dan Pemuda Jemaat Gunung Sinai Naikolan
Rayon 1, 2, dan 3. Adegan pertama bercerita tentang sebuah perlombaan menggigit sendok yang berisi kelereng. Dan
adegan kedua adalah memikul salib. Berikut
ini adalah cuplikan adegannya:
PAR JGSN Rayon 1 |
Ada beberapa anak tanggung (3 sampai 4 orang), mereka berbaris rapi sejajar di depan jemaat dengan sebuah sendok yang berisi kelereng. Sendok itu ditaruh pada mulut masing-masing.
Narator:
“Apakah
kalian siap jadi pemenang?”
Anak-anak:
“Kami
siap!”
Narator:
“Siap!
Satu……dua……tiga……, jadilah pemenang!” (Anak tanggung mulai berlomba dengan
berjalan cepat naik-turun anak tangga dan yang berhasil mengalahkan orang lain,
dialah sebagai pemenang).
Ada
seorang pemuda yang memikul salib. Ia berjalan masuk melalui pintu depan gereja,
di belakangnya terdapat beberapa orang yang mencambuk, memukul, mengolok-olok,
meludahi, dan menyindir dia. Tapi dia terus berjalan maju dengan mukanya yang
tetap tertunduk.
Narator:
“Saudara-saudaraku..!
Lihatlah orang ini! Dia memberi punggungnya kepada orang-orang yang memukulnya.
Ia tetap mengatupkan mulutnya terhadap semua olokan, sindiran. Ia tidak
melakukan perlawanan apapun. Dia memilih untuk tidak memperjuangkan dan membela
kehormatan dirinya dengan cara yang sama yaitu kekerasan. Ia justru menghadapi
dan menjalani penderitaannya dengan rela!”
Catatan:
Pemuda yang memikul salib terus berjalan sampai di depan dan jatuh tersungkur
di depan altar dengan mukanya yang tetap tertunduk.
Narator:
“Pemenang
yang sesungguhnya adalah mereka yang mampu mengalahkan diri sendiri demi
kemenangan orang lain!”
Dalam sebuah perlomabaan, semua orang (kita) sudah pasti siap
uantuk menjadi pemenang. Demikian Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh mengawali
khotbahnya. Sesuai dengan adegan di atas, menjadi
pemenang dalam ukuran manusia
adalah mengalahkan orang lain.
Sedangkan menjadi pemenang
menurut Alkitab adalah memikul salib, menerima penderitaan, perlakuan
buruk, untuk kepentingan orang lain. Kita harus belajar menjadi pemenang yang tidak mengalahkan orang lain. Inilah yang
dilakukan Yesus. Merendahkan hati adalah orang yang menang. Sikap rendah hati bukan milik orang berdosa.
Paulus memberikan nasehat kepada kepada orang Kristen untuk
meneladani Kristus. Ia adalah Allah, namun Ia tidak mempertahankan keallahannya (Filipi 2:6). Bahkan Ia
rela mati di kayu salib. Itulah kerendahan
hati Yesus. Kenapa rendah hati?
Karena Yesus menunjukkan kemuliaan Allah. Yesus dengan penuh kesetiaan dan
kerelaan menjalani penderitaan demi menyelamatkan umat manusia.
Jika kita berkata: “Akulah
sang pemenang, siapakah yang dikalahkan?” Mestinya ego pribadi kita yang dikalahkan.
Dengan demikian, kita hidup dengan kepedulian sebagaimana Allah
peduli dengan kita. Kepedulian kepada lingkungan, kepada sesama, dan selalu
melihat/menganggap orang lain sebagai yang utama. Kita harus meniru teladan yang
telah ditunjukkan oleh Yesus tentang kerendahan
hati. Hidup bersekutu akan tercipta kalau ada kesediaan untuk rendah hati. Belajar menahan diri,
mengalahkan sikap tinggi hati, mengasihi, dan peduli untuk menjadi sang pemenang.
“Yang Ia minta adalah kerendahan
hati bukan tinggi hati. Yang Ia
minta adalah kerelaan bukan keterpaksaan.”
Dalam kebaktian Minggu Sengsara VII kali ini, pada tahapan PENGAKUAN DOSA juga dilangsungkan sebuah
adegan oleh Pemuda Jemaat Rayon 1 dan 2 yang menggambarkan tentang menjadi pemenang dengan sikap sombong dan tinggi hati.
Kebaktian Utama Minggu kali ini juga dilangsungkan sakramen
baptisan kudus bagi seorang calon sidi baru, serta peneguhan dan perhadapan 31 anggota
sidi baru. Majelis yang bertugas pada Minggu Sengsara VII adalah Majelis Jemaat
GSN Rayon 1. VG/PS/Solo yang mengisi liturgy kali ini adalah: PS Gabungan JGSN,
GSN Music Choir, VG Kaum Bapak, Sisga Talas (Solo), VG Anggota Sidi Baru, dan
Della Prila Mapada (Solo dari Jemaat Pniel Sikumana).
Organis dan Kantoria: Pietro Netti dan Schola Cantorum GSN (Mimi
dkk). [Admin]
Selamat Hari Minggu! Tuhan Yesus memberkati!
0 comments:
Posting Komentar