JGSN Merayakan Adven Dan Natal 2014

Dalam rangka merayakan minggu-minggu Adven, Natal dan Akhir Tahun 2014 di Jemaat Gunung Sinai Naikolan, Tim Perayaan akan melaksanakan berbagai kegiatan. Tim Perayaan diketuai oleh Drs. Ady E. Mandala, M.Si....

JGSN Dalam Lensa dan Peristiwa 2013 (4): Pembentukan PAUD GSN 2013

PAUD GSN secara resmi mulai beroperasi sejak 16 Juli 2013 (Tahun Ajaran 2013-2014) dengan jumlah siswa 30 siswa.

Sidang Awal Tahun MJGSN (Sidang Lanjutan: Minggu, 2 Februari 2014

Sidang tersebut akhirnya berhasil menyelesaikan pembahasan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Jemaat GSN.

JGSN Dalam Lensa dan Peristiwa 2013: Pembagunan Gedung Serba Guna JGSN

“Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan....."

Jemaat Gunung Sinai Naikolan

Jemaat Gunung Sinai Naikolan (JGSN) adalah jemaat yang berada dalam lingkup pelayanan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Rayon IV Klasis Kota Kupang.

Minggu, 22 Februari 2015

Menyatakan Kasih Dan Kemurahan Allah (Minggu Sengsara II)

Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol

Kebaktian Utama Minggu (22 Februari 2015) di Jemaat Gunung Sinai Naikolan dipimpin oleh Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol. Kebaktian Minggu yang memsuki Minggu Sengsara II ini menggunakan Liturgi Khusus Minggu Sengsara II (Klasis Kota Kupang-Rayon IV) dengan tema “Menyatakan Kasih dan Kemurahan Allah”. Tema Minggu Sengsara II didasarkan pada pembacaan Firman Tuhan menurut 1 Petrus 3:17-22 di bawah judul “Menderita dengan sabar”.

Majelis rayon yang bertugas pada kebaktian Minggu Sengsara II adalah Majelis Rayon 5 JGSN.

Puji-pujian liturgy terambil dari:

  1. NKB 10 “DARI KUNGKUNGAN MALAM GELAP” (Intrumen Pembuka),
  2. NKB 10:2 & 3 “DARI KUNGKUNGAN MALAM GELAP” (Panggilan Beribadah),
  3. KJ 156:1-3 “KITA, ANAK ADAM” (Introitus: Nats Pembimbing),
  4. KJ 158:1 & 4 “’KU INGIN MENGHAYATI” (Pengakuan Dosa),
  5. KJ 300:1 & 3 “ANDAIKAN YESUS KAU BUKAN MILIKKU” (Berita Anugerah),
  6. NKB 3:1 & 3 “TERPUJILAH ALLAH” (Madah Syukur),
  7. Ragam KJ 472 “HOSIANA” (Pemberitaan Firman),
  8. KJ 25:5 “YA ALLAHKU, DI CAHYAMU” (Pengakuan Iman),
  9. NKB 199:1-4 “SUDAHKAH YANG TERBAIK KUBERIKAN” & KJ 303b “PUJILAH KHALIK SEMESTA” (Persembahan), dan
  10. KJ 446:1 & 2 “SETIALAH” (Pengutusan).


Menyatakan kasih dan kemurahan Allah dapat dilakukan melalui:

Pertama: menderita karena melakukan kebenaran. Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku baik dan benar kepada-Nya. Tetapi tidak selamanya demikian, bisa terjadi sebaliknya. Perbuatan baik yang kita lakukan dibalas dengan perbuatan jahat sampai kita menderita. Petrus menegaskan, bila hal seperti ini kita alami, kita harus tetap melakukan yang benar. Penderitaan meski membuat fisik kita sakit, tetapi akan membuat kita berbahagia. Karena kita sedang melakukan kehendak Allah.

Kedua: memandang kepada Kristus. Petrus menekankan apabila kita mengalami penderitaan karena kebenaran, kita harus memandang kepada Yesus Kristus. Ia sangat menderita karena dosa kita. Ia menderita meski Ia benar. Ia diperlakukan tidak adil meski Ia berlaku adil. Karena itu kesediaan menderita inipun seharusnya menjadi karakteristik Kristen. Dengan meneladani Kristus, kita lebih siap meninggalkan cara hidup lama yang dikuasai hawa nafsu dan siap menanggung derita karena berbuat baik. Pula kita siap berlaku benar meski kita harus menderita.

Ketiga: menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan. Petrus menasihatkan agar kita memiliki komitmen yang sungguh kepada Kristus. Siap sedia, kapanpun dan dimanapun mempertanggungjawabkan iman kita kepada siapa saja. Ketangguhan iman akan kita peroleh karena sadar akan tanggung jawab sebagai penerima anugerah keselamatan Tuhan. Sehingga kesulitan/tantangan apapun untuk menyatakan kasih dan kemurahan Allah tak akan menggoyahkan iman, tetapi selalu ditopang kuasa Roh Kudus sehingga selalu mencari dan menemukan jalan pemulihan yang terbaik (Renungan—Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 22 Februari 2014).

“Selamat merayakan Minggu-minggu Pra-Paskah (Minggu Sengsara II)!”

Minggu, 15 Februari 2015

Kasih Dan Damai (Minggu Sengsara I)

Pdt. Yabes Runesi, S.Th.

Kebaktian Utama Minggu sekaligus memasuki Minggu Sengsara I (15 Februari 2015) di Jemaat Gunung Sinai Naikolan dipimpin oleh Pdt. Yabes Runesi, S.Th., pendeta tamu dari Jemaat Koinonia Kupang. Kebaktian berlangung dengan menggunakan Tata Ibadah Khusus Minggu Sengsara I yang disusun oleh Majelis Klasis Kota Kupang-Rayon IV.

Kebaktian Minggu Sengsara I yang mengusung tema: “Mewujudkan Kasih Allah Dalam Kehidupan” mengambil pembacaan Firman Tuhan menurut 1 Petrus 3:8-9Kasih dan damai”. Puji-pujian liturgy terambil dari:  

  1. KJ 368 “PADA KAKI SALIBMU” (Intrumen Pembuka),
  2. KJ 33:1 & 3 “SUARAMU KUDENGAR” (Panggilan Beribadah),
  3. KJ 438:1-3 “APAPUN JUGA MENIMPAMU” (Introitus: Nats Pembimbing),
  4. KJ 26:2 “MAMPIRLAH DENGAR DOAKU” & Lagu “DIA JAMAH” (Pengakuan Dosa),
  5. Lagu “WAKTU TUHAN TOLONG SAYA (Berita Anugerah),
  6. NYTB 274:1 “KEAGUNGAN TUHAN” (Madah Syukur),
  7. Ragam KJ 472 “HOSIANA” (Pemberitaan Firman),
  8. NKB 120:1 “TIADA LAIN LANDASANKU” (Pengakuan Iman),
  9. NKB 84:1-4 “KUB’RIKAN BAGIMU TUBUHKU, DARAHKU” & KJ 361:3 “DI SALIBMU KUSUJUD” (Persembahan), dan
  10. KJ 434:1 & 2 (Pengutusan).


Hidup dalam kasih dan kedamaian merupakan suatu tuntutan bagi semua orang percaya. Mengasihi bukanlah kata yang asing bagi kita, bahkan seringkali kata itu menjadi klise. Setiap hari kita mengucapkannya, tetapi kita jarang menunjukkan kasih melalui kata-kata dan tindakan sehingga menunjukkan ketiadaan damai pula dalam hidup kita. Kasih dan damai yang dikehendaki Tuhan Yesus bukan sekedar kata-kata kosong melainkan harus dengan perbuatan nyata.

Rasul Petrus menasihatkan orang-orang percaya untuk hidup seia-sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati. Sikap ini harus diikuti dengan sejumlah larangan: jangan membalas kejahatan dengan kejahatan atau caci maki dengan caci maki. Sikap seperti ini tidak mencerminkan berkat sedikitpun. Sikap seperti ini bukanlah sikap dari orang-orang yang sudah dipanggil.

Orang yang sudah dipanggil Tuhan adalah orang-orang yang sudah ditebus, diselamatkan, dan dikuduskan oleh Roh supaya taat kepada Tuhan. Kasih yang sejati ditunjukkan dalam kerendahan hati. Rendah hati adalah sifat seseorang yang tidak sombong/tidak angkuh. Orang yang sombong/angkuh adalah orang yang senang menghargai diri secara berlebihan. Dengan demikian tidak menghargai orang lain (Renungan—Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 15 Februari 2015).

“Selamat merayakan Minggu-minggu Pra-Paskah (Minggu Sengsara I)!”

Pra Paskah (Mengenal Almanak Gereja 5)


Masa Pra-Paskah dirayakan tujuh (7) minggu sebelum Paskah. Selama masa Pra-Paskah jemaat melakukan puasa. Di beberapa gereja masa ini diisi dengan puasa solidaritas untuk diakonia. Minggu Pra-Paskah merupakan masa untuk mawas diri dan bertobat dengan mengenang pengorbanan Kristus di kayu salib; masa untuk merenungkan ulang undangan hidup baru di dalam Kristus.

Warna liturgy untuk masa Pra-Paskah adalah ungu atau hijau, dan pada hari Jumat Agung diganti warna hitam.

Simbol                  : Ikan (Ichtus)
Warna                   : Ungu tua
Warna tepi ikan dan huruf: Kuning
Tulisan di bawah ikan: Yesus Kristus, Anak Allah, Juruselamat.

Arti:
Ichtus adalah suatu sandi rahasia di kalangan oran Kristen mula-mula (terdapat dalam katakombe) yang mengalami penganiayaan. Dalam bahasa Yunani kata Ichtus berarti ikan dan merupakan huruf-huruf awal dari nama-nama Yunani bagi Kristus. Iesous Christos Theou Uios Soter yang artinya Yesus Kristus, Anak Allah Juruselamat.

Minggu, 01 Februari 2015

Rahasia Kekuatan Iman

Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol.

“Rahasia Kekuatan Iman” adalah tema khotbah yang disampaikan oleh Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol pada Kebaktian Utama Minggu 1 Februari 2015 di Jemaat Gunung Sinai Naikolan. Tema diambil berdasarkan pembacaan Firman Tuhan menurut Efesus 3:1-13 “Rahasia panggilan orang-orang bukan Yahudi”.

Kebaktian berlangsung menggunakan Liturgi Model 2, dengan puji-pujian yang terambil dari himpunan Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB): NKB 6:1 & 4 (Buka), NKB 35:1 & 3  (setelah Nats Pembimbing), NKB 199 & 133:1 (Persembahan), dan NKB 184:1 & 2 (Pengutusan). Majelis yang bertugas adalah Majelis Jemaat Rayon 1.

“……aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu… (lihat ayat 3)!” demikian Pdt. Vora Lada-Messakh mengawali khotbahnya. “Paulus dipenjara karena memberitakan Injil. Dalam kesesakan hidupnya, Paulus tidak pernah melihat dirinya sebagai yang terpenjara!” lanjutnya.

Ada 3 hal yang menyebabkan kita mengalami penderitaan/kesesakan:

  1. Perbuatan diri sendiri; biasanya menimbulkan penyesalan.
  2. Perbuatan jahat oleh orang lain; menimbulkan kemarahan dan/atau dendam.
  3. Peristiwa berupa musibah; menimbulkan perasaan seolah-olah bernasib malang.


Namun demikian, kita memiliki rahasia kekuatan iman sebagai berikut:

  1. Allah telah memberikan kepada kita Iman Kristiani yang mulia. Setiap kita melalui tugas masing-masing adalah penyebar dan saluran anugerah Allah.
  2. Menjadi penyebar/penyalur kebaikan tidaklah mudah. Kesetiaan kepada Allah tidak pernah akan bebas dari kesulitan (seperti Paulus). Menanggung beban demi Kristus bukan hukuman melainkan kemuliaan.
  3. Pengalaman yang kita hadapi dijalani dalam kepastian Iman. Keselamatan dari Allah sudah ada di dalam Kristus. Itulah rahasia Iman Kristen.


Dalam memberitakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi, Paulus banyak mendapat tantangan. Pemberitaan Injil itulah yang menyebabkan dia menjadi tahanan. Tetapi dia tidak pernah melihat hidupnya dari pandangan manusia. Dia selalu menyadari kedaulatan Allah atas hidupnya, sehingga dia menyebut dirinya sebagai “tahanan Kristus”.

Paulus menyebut berita yang dia sampaikan itu adalah ‘rahasia’. Disebut ‘rahasia’ bukan karena beritanya kabur, tetapi adalah kebenaran yang dinyatakan Allah kepada manusia, bahwa seluruh umat Allah adalah ahli waris dan peserta janji Allah. Ini terjadi melalui iman dan persekutuan dengan Kristus. Dalam Persekutuan dengan Kristus, manusia dari segala bangsa memiliki relasi dengan Allah melalui iman. Paulus memberitakan rahasia itu kepada semua bangsa, lalu lahir jemaat, termasuk jemaat di Efesus.

Sekarang pemberitaan rahasia Injil itu juga menjadi tugas semua orang percaya, sama seperti Paulus pasti ada tantangan yang membawa kesesakan, tetapi pengalaman derita karena Injil perlu dilihat dalam terang kedaulatan Allah atas hidup manusia (Renungan—Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 1 Februari 2015).