JGSN Merayakan Adven Dan Natal 2014

Dalam rangka merayakan minggu-minggu Adven, Natal dan Akhir Tahun 2014 di Jemaat Gunung Sinai Naikolan, Tim Perayaan akan melaksanakan berbagai kegiatan. Tim Perayaan diketuai oleh Drs. Ady E. Mandala, M.Si....

JGSN Dalam Lensa dan Peristiwa 2013 (4): Pembentukan PAUD GSN 2013

PAUD GSN secara resmi mulai beroperasi sejak 16 Juli 2013 (Tahun Ajaran 2013-2014) dengan jumlah siswa 30 siswa.

Sidang Awal Tahun MJGSN (Sidang Lanjutan: Minggu, 2 Februari 2014

Sidang tersebut akhirnya berhasil menyelesaikan pembahasan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Jemaat GSN.

JGSN Dalam Lensa dan Peristiwa 2013: Pembagunan Gedung Serba Guna JGSN

“Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan....."

Jemaat Gunung Sinai Naikolan

Jemaat Gunung Sinai Naikolan (JGSN) adalah jemaat yang berada dalam lingkup pelayanan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Rayon IV Klasis Kota Kupang.

Minggu, 22 Maret 2015

Siapa Mencintai Nyawa Akan Kehilangan Nyawanya (Minggu Sengsara VI)

Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol. & MJGSN Rayon 3

“Siapa Mencintai Nyawa Akan Kehilangan Nyawanya” adalah tema Kebaktian Utama Minggu, 22 Maret 2015, yang telah memasuki Minggu Sengsara VI di Jemaat Gunung Sinai Naikolan. Kebaktian dipimpin oleh Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol. dengan menggunakan Tata Ibadah Khusus Minggu Sengsara VI yang disusun oleh Majelis Klasis Kota Kupang-Rayon IV.

Pembacaan Firman Tuhan terambil dari Yohanes 12:20-36 dengan judul “Yesus memberitakan kematian-Nya”.

Majelis rayon yang bertugas pada kebaktian Minggu Sengsara III adalah Majelis Rayon 3 JGSN.

Puji-pujian liturgy terambil dari:

  1. KJ 26 “MAMPIRLAH DENGAR DOAKU” (Intrumen Pembuka),
  2. KJ 361:1, 2 “DI SALIBMU ‘KU SUJUD” (Panggilan Beribadah),
  3. KJ 460:1, 2 “JIKA JIWAKU BERDOA” (Introitus: Nats Pembimbing),
  4. NKB 13:1 “O ALLAHKU, JENGUKLAH DIRIKU” (Pengakuan Dosa),
  5. NKB 13:2 “O ALLAHKU, JENGUKLAH DIRIKU” (Berita Anugerah),
  6. NKB 3:1 “TERPUJILAH ALLAH” (Puji-Pujian),
  7. Ragam KJ 473a “HOSIANA” (Pemberitaan Firman),
  8. NKB 120:1 “TIADA LAIN LANDASANKU” (Pengakuan Iman),
  9. KJ 367:1-6 “PADAMU, TUHAN DAN ALLAHKU” & KJ 365a:4 “TUHAN, AMBIL HIDUPKU” (Persembahan),
  10. KJ 438:1 “APAPUN JUGA MENIMPA” (Pengutusan), dan
  11. KJ 375 “SAYA MAU IKUT YESUS” (Penutup).


Kematian Yesus merupakan suatu pengorbanan besar bagi dunia. Tanpa pengorbanan itu keselamatan Allah tidak akan diberikan bagi kita dan dunia. Untuk tujuan yang besar itu Yesus rela mati dan mempertaruhkan hidup-Nya. Ia tidak mencari kesenangan bagi diri-Nya di dalam dunia ini (ayat 25).

Untuk itulah Yesus mempersiapkan murid-murid-Nya dan siapa saja yang mau mengikut Dia untuk setia mengikut Dia, untuk setia melakukan pelayanan-Nya. Kehadiran Yesus dengan pelayanan-Nya adalah selalu diantara orang-orang yang menderita. Maka pelayanan kitapun harus tertuju kepada mereka yang menderita itu. Pelayanan kita harus menyatakan kehadiran Yesus dan kerajaan-Nya. Itu berarti bahwa pelayanan kita harus senantiasa diwarnai dengan keadilan, kebenaran dan damai sejahtera-Nya (ayat 26).

Pelayanan kita dengan demikian bukanlah usaha untuk menyenangkan diri sendiri, apalagi cara untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri. Allah harus dimuliakan dan tanda-tanda kerajaan-Nya harus kita dirikan di dalam dunia ini. Banyak perkara besar, tanda ajaib dan mujizat telah dilakukan Yesus. Ia pun telah menggunakan rupa-rupa kesempatan untuk mengarahkan orang Israel dengan Firman Allah, khususnya tentang Mesias dan pengorbanan-Nya.

Namun, mereka belum juga lepas dan bebas dari keinginan dan harapan yang salah tentang Mesias. Mereka belum melihat bahwa di dalam diri Yesus, Mesias yang dijanjikan Allah telah datang, dan bahwa Dia yang datang dengan nama Allah itu akan memnderita bahkan sedia berkorban dengan menyerahkan diri-Nya sampai mati.

Itulah sebabnya Ia mendesak umat Israel agar mereka menjadi anak-anak terang. Artinya, supaya mereka percaya pada Yesus dan dengan demikian mengubah semua harapan dan angan-angan yang salah tentang Mesias. Dengan bersikap begitu mereka akan terarah pada kekayaan Allah yang tersedia di dalam Kristus.

Bagi kita, menjadi Kristen berarti menerima Yesus yang telah mati dan bangkit sebagai Tuhan dalam suka dan duka hidup kita. Kematian-Nya menghidupkan banyak orang dan ini menjadi teladan untuk dilakukan oleh pengikut Kristus. Tidak harus “mati benaran” seperti Kristus. Untuk dapat menjadi berkat yang menghidupkan dan menyejahterakan sesama umat Tuhan, hanya perlu mau berkorban. Mengorbankan keinginan, kepentingan sendiri demi kebaikan umat manusia yang dikasihi Tuhan.

Yang terjadi sekarang adalah orang berlomba memperjuangkan kepentingan diri dan berjuang menyejahterakan diri sendiri. Dalam pandangan Tuhan, dapat dikatakan orang ini sudah mati selagi hidup. Dia tidak menjadi berkat bagi sesama, tidak memuliakan Tuhan dengan hidupnya. Dia mencintai nyawanya, tetapi telah kehilangan nyawanya.

Tuhan menginginkan umat-Nya hidup meneladani diri-Nya berkorban demi melaksanakan misi Allah menyelamatkan dunia. Amin. (Renungan—Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 22 Maret 2015)  

“Selamat merayakan Masa Raya Pra-Paskah (Minggu Sengsara VI)!”

Minggu, 15 Maret 2015

Kasih Allah Yang Menyelamatkan Umat-Nya (Minggu Sengsara V)

Ular Tembaga & Salib Kristus

Kebaktian Utama Minggu (15 Maret 2015) di Jemaat Gunung Sinai Naikolan dipimpin oleh Pdt. (Emeritus) L. E. Pandie-Daepanie, S.mTh. Kebaktian Minggu yang memsuki Minggu Sengsara V ini menggunakan Liturgi Khusus Minggu Sengsara V (Klasis Kota Kupang-Rayon IV) dengan tema “Hidup Di Dalam Kasih Karunia Allah”. Tema Minggu Sengsara V didasarkan pada pembacaan Firman Tuhan menurut Yohanes 3:14-21 di bawah judul “Percakapan dengan Nikodemus”.

Majelis rayon yang bertugas pada kebaktian Minggu Sengsara II adalah Majelis Rayon 2 JGSN.

Puji-pujian liturgy terambil dari:

  1. KJ 162 “HOSIANA! PUTRA DAUD” (Intrumen Pembuka),
  2. KJ 368:1 & 3 “PADA KAKI SALIBMU” (Panggilan Beribadah),
  3. PKJ 209:1 & 2 “KASIH SETIAMU” (Introitus: Nats Pembimbing),
  4. KJ 36:1 & 2 “DIHAPUSKAN DOSAKU” (Pengakuan Dosa),
  5. PKJ 200:1 “’KU DIUBAHNYA” (Berita Anugerah),
  6. PKJ 126:4 “HANYALAH YESUS, JURUS’LAMAT” (Puji-pujian),
  7. Ragam KJ 472 “HOSIANA” (Pemberitaan Firman),
  8. KJ 246:1 “YA ALLAH YANG MAHA TINGGI” (Pengakuan Iman),
  9. KJ 289:1-8 “TUHAN PENCIPTA SEMESTA” & KJ 299 “BERSYUKUR KEPADA TUHAN” (Persembahan), dan
  10. NKB 197:1-3 “BESARLAH UNTUNGKU” (Pengutusan),
  11. KJ 339:1 & 3 “MAJU LASKAR KRISTUS” (Penutup).


Kasih Allah Yang Menyelamatkan Umat-Nya

Dosa membuat manusia mengalami hukuman Allah. Hukuman itu bukan baru akan diterima dalam hukuman kekal kelak tetapi sudah dijalani kini (ayat 18, 21). Hidup dalam belenggu dosa dan lebih mencintai kegelapan daripada terang sudah merupakanhukuman yang seseorang alami akibat dari dosa-dosanya.

Allah tidak ingin manusia tetap hidup dalam dosa. Allah mengasihi manusia dan ingin manusia tidak binasa dalam dosa dan hukuman Allah, tetapi beroleh hidup yang kekal (ayat 16). Tujuan Tuhan Yesus datang ke dalam dunia ini bukan untuk menghakimi melainkan menyelamatkan manusia dari hukuman dosa (ayat 17). Hanya Tuhan Yesus yang dapat menyelamatkan manusia dari dosa dan hukuman kekal sebab Ia datang dari sorga (ayat 13). Tidak ada seorangpun yang mampu berusaha sendiri untuk bebas dari dosa dan menerima pengampunan serta hak masuk sorga, kecuali melalui pertolongan Tuhan Yesus.

Manusia hanya dapat mengalami keselamatan apabila menerima cara penyelamatan dari Allah sendiri. Cara tersebut adalah Allah Bapa mengutus Kristus, Putra Tunggal-Nya sendiri dan memberi Roh ke dalam hati manusia untuk memperbarui hati tersebut. Roh memperbarui hati agar hati tersebut beriman kepada Tuhan Yesus dan menerima Salib Kristus sebagai jalan keselamatan dari Allah. Salib mungkin sekali ditolak oleh penganut agama Yahudi karena melambangkan kehinaan, tetapi untuk Yohanes, Salib adalah cara Allah meninggikan Tuhan Yesus dan menyelamatkan kita (ayat 14).

Seperti halnya ular tembaga yang didirikan oleh Musa menjadi jalan kesembuhan bagi mereka yang dipagut ular, demikian juga salib Yesus adalah jalan keselamatan bagi kita yang dipagut bisa dosa. Siapa yang percaya kepada Karya salib Kristus mendapatkan kesembuhan rohani (dilahirkan baru oleh Roh). Kasih-Nya yang menyelamatkan umat-Nya. Sudahkah kita mengalami pembaruan dari Roh Kudus melalui percaya kepada karya Salib Kristus? (Renungan—Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 15 Maret 2014).

“Selamat merayakan Minggu-minggu Pra-Paskah (Minggu Sengsara V)!”

Minggu, 08 Maret 2015

Belajar Pada Yesus (Minggu Sengsara IV)

Lia Edon memuji Tuhan pada KUM JGSN

Kebaktian Utama Minggu dan Kebaktian Minggu Sengsara IV (8 Maret 2015) di Jemaat Gunung Sinai Naikolan dipimpin oleh Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol. dengan menggunakan Tata Ibadah Khusus Minggu Sengsara IV yang disusun oleh Majelis Klasis Kota Kupang-Rayon IV. Pembacaan Firman Tuhan terambil dari Mazmur 13 dengan judul “Doa Kepercayaan”. Tema perayaan Minggu Sengsara IV adalah: “Belajar Pada Yesus Yang Rela Berkorban Untuk Menyelamatkan Umat-Nya.”

Majelis rayon yang bertugas pada kebaktian Minggu Sengsara III adalah Majelis Rayon 1 JGSN.

Puji-pujian liturgy terambil dari:

  1. NKB 3:1 & 2 “TERPUJILAH ALLAH” (Panggilan Beribadah),
  2. KJ 166:1, 2 & 3 “TERSALIB DAN SENGSARA” (Introitus: Nats Pembimbing),
  3. KJ 157:1 “INSAN, TANGISI DOSAMU” (Pengakuan Dosa),
  4. KJ 36:1 & 4 “DIHAPUSKAN DOSAKU” (Berita Anugerah),
  5. KJ 376:1 & 4 “IKUT DIKAU SAJA, TUHAN” (Ajakan Untuk Ikut Yesus di Jalan Sengsara),
  6. Ragam KJ 53 “TUHAN ALLAH T’LAH BERFIRMAN” (Pemberitaan Firman),
  7. KJ 374:1 “’KU BERSANDAR PADANYA” (Pengakuan Iman),
  8. NKB 133:1-3 “SYUKUR PADAMU, YA ALLAH” & NKB 199:1 “SUDAHKAH YANG TERBAIK ‘KU BERIKAN” (Persembahan), dan
  9. KJ 174a:1 & 2 “’KU HERAN JURUSELAMATKU” (Pengutusan).


Belajar Pada Yesus Yang Rela Berkorban Untuk Menyelamatkan Umat-Nya.

Seorang hamba Tuhan pernah berpesan agar jangan pernah mengandalkan perasaan karena perasaan berubah-ubah sesuai situasi. Sebaliknya, kita harus berpegang teguh dalam iman kepada fakta bahwa Tuhan penuh kasih dan setia. Namun tidak dapat disangkal bahwa perasaan seringkali begitu mendominasi sebagian anak Tuhan sehingga fakta-fakta iman menjadi kabur bahkan menghilang.

Itulah yang dialami oleh pemazmur. Perasaan kuat yang mendominasi dirinya adalah Tuhan melupakan dan mengabaikan dirinya sama sekali. Sampai empat kali ia berseru kepada Tuhan: “Berapa lama lagi….?” (ay 2-3). Tuhan seakan membisu, tidak peduli dan masa bodoh kepadanya. Perasaan-perasaan yang bukan sesaat atau sementara, tetapi yang terus menerus dirasakannya secara manusiawi membawanya pada depresi dan bahaya kehilangan iman. Kata “goyah” yang dipakai di ayat 5 kurang kuat untuk menggambarkan goncangan bagaikan gempa bumi, banjir bandang, atau tsunami yang membongkar-hancurkan segala sesuatu sampai ke dasarnya. Perasaan tertekan itu makin kuat ditambah cemoohan para musuh dan sorak-sorai para lawan yang melihat si pemazmur tanpa daya dan sedikit lagi hancur (ay 3b, 5).

Tapi justru dalam kegoncangan dahsyat seperti itu, iman pemazmur bangkit. Bukankah seruan “putus asa” yang ditujukan kepada Tuhan merupakan tanda iman yang pantang menyerah apalagi mati (ay 4)? Kepastian iman bukan lahir dari kekuatan mental ataupun berpikir positif, melainkan anugerah dari Tuhan sendiri yang kasih setia-Nya tidak pernah berakhir dalam menjawab umat-Nya (ay 6).

Saat putus asa melanda hidup saudara karena merasa Tuhan tidak kunjung menjawab, saat itulah saudara perlu berseru seperti pemazmur. Ingat segala kebaikan Tuhan pada masa lampau. Tolaklah segala hasutan iblis bahwa Tuhan sudah melupakan saudara. Lawanlah godaan untuk berpaling pada alternatif lain. Yakinlah bahwa Tuhan akan membuat saudara bersorak karena melalui Yesus Kristus Anak Tunggal Bapa yang rela berkorban bagi keselamatan umat-Nya. Penyelamatan-Nya berlanjut dan dialami semua orang yang taat, teguh beriman kepada-Nya.

“Selamat merayakan Masa Raya Pra-Paskah (Minggu Sengsara III)!”

Minggu, 01 Maret 2015

Kasih Allah Menyelamatkan Umat-Nya (Minggu Sengsara III)

Cavik. Welly Oematan, S.Th.

“Kasih Allah Menyelamatkan Umat-Nya” adalah tema Kebaktian Utama Minggu sekaligus Kebaktian Minggu Sengsara III (1 Maret 2015) di Jemaat Gunung Sinai Naikolan. Kebaktian dipimpin oleh Cavik. Welly Oematan, S.Th. dengan menggunakan Tata Ibadah Khusus Minggu Sengsara III yang disusun oleh Majelis Klasis Kota Kupang-Rayon IV. Pembacaan Firman Tuhan terambil dari Markus2:13-17 dengan judul “Lewi pemungut cukai mengikut Yesus”.

Majelis rayon yang bertugas pada kebaktian Minggu Sengsara III adalah Majelis Rayon 6 JGSN.

Puji-pujian liturgy terambil dari:

  1. KJ 157:1 “INSAN, TANGISI DOSAMU” (Intrumen Pembuka),
  2. NKB 73:1, 2 & 3 “KASIH TUHANKU LEMBUT” (Panggilan Beribadah),
  3. KJ 158:1 & 2 “’KU INGIN MENGHAYATI” (Introitus: Nats Pembimbing),
  4. KJ 32:1 “KULIHAT SALIBMU” (Pengakuan Dosa),
  5. KJ 40:2 “AJAIB BENAR ANUGERAH” (Berita Anugerah),
  6. KJ 166:1 “TERSALIB DAN SENGSARA” (Puji-Pujian),
  7. Ragam KJ 473b “HOSIANA” (Pemberitaan Firman),
  8. KJ 38:5 “T’LAH KUTEMUKAN DASAR KUAT” (Pengakuan Iman),
  9. KJ 367:1-6 “PADAMU, TUHAN DAN ALLAHKU” & KJ 302 “KUB’RI PERSEMBAHAN” (Persembahan), dan
  10. KJ 446:1-3 “SETIALAH” (Pengutusan).


Firman Tuhan saat ini menggambarkan Yesus sebagai hamba dan pekerja, tokoh yang selalu dekat dengan orang-orang yang disudutkan, dan yang termajinalkan, termasuk Lewi sang pemungut cukai.

Tradisi Yahudi menganut paham bahwa pemungut cukai dianggap sebagai pengkhianat, karena bekerja untuk pemerintah Romawi. Dalam menjalankan pekerjaannya kadang mereka menagih pajak lebih dari yang seharusnya. Tujuannya adalah sebagian dari apa yang mereka tagih itu masuk ke dalam kantong mereka. Inilah latar belakang yang membuat para pemungut cukai dianggap sebagai kaum marginal, hina, dipandang remeh bahkan dicap sebagai orang berdosa. Mereka adalah golongan yang dibenci oleh orang-orang Yahudi sehingga mereka harus diasingkan dan dijauhi.

Di pihak lain, justru berbeda dengan apa yang Yesus tampilkan. Yang Yesus tampilkan adalah sikap untuk menerima Lewi sang pemungut cukai yang dicap sebagai orang berdosa. Yesus justru mendekatinya dan memanggilnya untuk meninggalkan semua pekerjaannya lalu mengikut Yesus. Bagi Yesus, tidak ada alasan bagi-Nya untuk memandang rendah Lewi karena pekerjaanya, tetapi orang-orang seperti Lewilah yang harus diberi perhatian bahkan tidak menutup diri kepada mereka supaya mereka jangan terus tenggelam dalam kesalahan yang diperbuat.

Pelajaran lain yang terdapat dalam Firman ini adalah mengenai respon Lewi. Lewi pemungut cukai merespon dengan amat cepat terhadap panggilan Tuhan. Ia menjawab panggilan Tuhan. Lewi sang pemungut cukai menerima ajakan Yesus untuk mengikut-Nya oleh karena si pemungut cukai yang berdosa itu menemukan kasih Allah dalam ajakan Yesus: “Ikutlah Aku!” Lewi percaya bahwa kasih Allah yang akan menyelamatkannya dari belenggu dosa.

Bukankah yang dirasakan Lewi ini sama dengan tema perayaan Minggu Sengsara yang ke-3 ini: “Kasih Allah Menyelamatkan Umat-Nya”? Bagaimana dengan kita yang juga telah merasakan dan menikmati kasih Allah itu? Mungkinkah kita sudah merespon terhadap panggilan dan ajakan Tuhan Yesus yang di dalamnya sarat dengan makna kasih Allah yang menyelamatkan kita? Masa Raya Pra-Paskah III ini perlu dihayati dengan pertanyaan refleksi ini: “Adakah kita menjadi Lewi masa kina?” (Renungan—Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 1 Maret 2015)  

“Selamat merayakan Masa Raya Pra-Paskah (Minggu Sengsara III)!”