Pdt. Emr. Jhon S. T. Yusuf, S.Th. (Kebaktian 21/12/2014) |
“Jadilah Alat Dalam Tangan Tuhan Untuk Mewartakan Kasih
Setia-Nya” adalah tema perayaan Minggu Advent IV di Jemaat Gunung Sinai
Naikolan yang ditetapkan oleh Kalsis Kota Kupang Rayon IV. Kebaktian diawali
dengan pembakaran empat lilin sebagai simbol memasuki Minggu Advent IV.
Kebaktian Minggu Advent IV (Minggu, 21 Desember 2014) ini dipimpin oleh Pdt.
Emr. Jhon S. T. Yusuf, S.Th. Pembacaan Firman Tuhan terambil dari Lukas 1:2-38.
Majelis Rayon yang bertugas adalah Majelis Rayon 2 Jemaat Gunung Sinai Naikolan.
Mengawali khotbahnya, Pdt. Emr. Jhon S. T. Yusuf, S.Th
memberikan tema “Maria, Orang Kristen Pertama”. Tema ini mungkin bisa dibantah dan/atau
diperdebatkan oleh sebagian kalangan. Benarkah Maria pantas disebut sebagai
orang Kristen pertama? Bukankah jemaat di Antiokhia (Kisah Para Rasul) yang
disebut-sebut sebagai orang Kristen pertama?
Menjadi orang Kristen di jaman gereja mula-mula tidaklah
gampang, ada resiko yang harus ditanggung. Tidak mudah menyatakan diri sebagai
pengikut Kristus di tengah-tengah rezim pemerintahan Romawi dan ahli Taurat (Farisi) saat itu yang
membenci dan bahkan akhirnya menyalibkan Yesus. Menjadi orang Kristen saat
adalah sebuah kehinaan karena Yesus mati di atas kayu salib yang
disejajarkan/disamakan dengan para penjahat. Namun orang Kristen saat itu
berani mengambil resiko itu dengan tetap menunjukkan sikap penerimaan dan pengakuan akan
keilahian Yesus.
Memang Maria tidak dikisahkan sebagai orang Kristen pertama
sebagaimana yang terdapat di dalam Kitab Kisah Para Rasul tersebut. Tetapi jika
menjadi orang Kristen adalah tentang sikap
penerimaan dan pengakuan akan keilahian Yesus, maka Maria adalah orang
Kristen pertama yang menunjukkan sikap tersebut. Pada saat Maria mengandung, malaikat
Tuhan (Gabriel) telah datang dan berbicara: “Roh Kudus akan turun atasmu dan
kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Lukas 1:35). Dan sikap yang ditunjukkan
Maria adalah: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu.” (Lukas 1:38).
Kita juga bisa memahami apa yang dirasakan oleh Maria yang
harus mengambil resiko hamil di luar nikah. Tentu keadaan yang
dialami Maria ini sangatlah berat di tengah kehidupan adat dan peradaban Yahudi
yang begitu kuat. Namun Maria mampu mengedepankan pola pikir teologis dalam menyambut buah kandungan yang tentu pula tidak
dapat dipahami oleh orang lain yang tidak berpikir teologis. Maria telah menerima Yesus masuk ke dalam dirinya dan
membawa Kristus ke dunia.
Mengakhiri khotbahnya, Pdt. Emr. Jhon S. T. Yusuf, S.Th
menyimpulkan tiga hal penting yang bisa kita pelajari dari Maria:
- Jika kita mau menjadi orang Kristen maka kita harus mau dan mampu berpikir teologis untuk menyambut Kristus masuk ke dalam diri kita.
- Perubahan sikap pada penerimaan dan penakuan akan kilahian Yesus.
- Maria adalah indikator seorang hamba (Lukas 1:38).
“Selamat memasuki Minggu Advent IV & Selamat Menyambut
Natal 25 Desember 2014! Tuhan Yesus Meberkati Kita Semua!”
0 comments:
Posting Komentar