Minggu, 30 Maret 2014

JGSN Minggu, 30 Maret 2014.

Cavik. Welly Oematan, S.Th.

Buta Secara Rohani

“Dapatkah seorang buta menuntun orang buta?”
                                       
Demikian Cavik Welly Oematan, S.Th. mengawali khotbah pada Kebaktian Utama Minggu 30 Maret 2014 di Jemaat Gunung Sinai Naikolan. Kebaktian yang memasuki Minggu Sengsara V ini mengambil pembacaan Nats Pembimbing dari 1 Petrus2:24, dan pembacaan FirmanTuhan dari Yohanes 9:1-41; “Orang yang buta sejaklahir”.

Berdasarkan tema Minggu Sengsara V saat ini: “Allah Peduli” dan sub tema: “Allah Peduli Dengan Membuka Mata Rohani Orang Yang Percaya Kepada-Nya”, kita patut berefleksi tentang kisah orang yang buta sejak lahir tersebut.

Melihat orang buta tersebut, murid-murid bukan prihatin, mereka malah sibuk mempersoalkan kenapa ia buta. Mungkin karena dosa ia sendiri atau mungkin karena dosa orangtuanya. Yesus malah memberikan jawaban yang di luar dugaan para muridnya: “Bukan dia dan bukan juga kedua orangtuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia…….” (Lihat: Yoh. 9:3). Kadang penderitaan diizinkan Allah karena maksud ilahi, yaitu untuk menunjukkan kemurahan, kasih, dan kuasa Allah.

VG. Yobel
Buta secara jasmani/fisik belum tentu buta secara rohani. Kesembuhan orang buta ini menjadi pertentangan diantara orang-orang Farisi. Mereka tidak percaya dengan kenyataan (kesembuhan) yang terjadi. Mereka justru berusaha mencari-cari kesalahan Yesus. Karena Yesus menyembuhkan di hari Sabat, Yesus dikatakan bukan datang dari Allah karena tidak memelihara hari Sabat. Mata rohani mereka tertutup. Jika orang buta itu buta secara jasmani, mereka (oran-orang Farisi) malah  mungkin lebih parah, buta secara rohani.

Dalam kehidupan kita, kita lebih cenderung menjadi seperti orang buta padahal kita tidak buta. Kebutaan kita sering ditunjukkan melalui perbuatan-perbuatan kita yang bertentangan dengan kehendak Allah, dan tidak percaya kepada Dia.

Pekerjaan Allah adalah wujud kepedulian Allah. Allah peduli menyembuhkan penyakit (dosa) kita lewat kematian Yesus di kayu salib (Lihat: 1 Petrus 2:24). Apakah kita peduli kepada sesama? Kita harus membuka mata rohani agar percaya kepada Dia, melihat pekerjaan-pekerjaan-Nya yang besar dan menyaksikan kepedulian Allah menyelamatkan kita.

“Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?” (Lihat: Lukas 6:39).

Kebaktian yang berlangsung dengan menggunakan Liturgi Minggu Sengsara V Klasis Kota Kupang Rayon IV. Tahapan Pengakuan Dosa dilaksanakan dalam bentuk yang diperankan oleh Jemaat Rayon 5. Puji-pujian jemaat terambil dari: Buka: NKB 1:1-3; Nats Pembimbing: KJ 40:1, 2, 4; Renungan & Pengakuan: KJ 157, Berita Anugerah: 35, Puji-pujian: KJ 407:1, 3, Pengakuan Iman: KJ 282:6, Persembahan: NKB 84:1-4 + KP 61:1 dan Pengutusan: KJ 285.

Majelis yang bertugas adalah Majelis Jemaat Rayon 5. Organis + Kantoria: Pietro Netti + Schola Cantorum GSN (Mimi dkk). Solo, VG dan PS yang mengisi liturgy kebaktian antara lain: Christovano Nesimnasi (solo), VG. Yobel, dan PS. Elim. Jumlah kehadiran Jemaat; L: 143, P: 226, dan Majelis; L: 23, P: 27.

Selamat hari Minggu…!

0 comments:

Posting Komentar