Senin, 24 Desember 2018

Belajar Dari Yusuf: Ketulusan Dan Ketaatan



 
Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol

Bagaimana seorang pria seperti Yusuf merespon pemberian Allah? Bagaimana ia merespon rancangan Allah bagi dirinya yang juga merupakan rancangan bagi dunia?

Mungkin mulanyaYusuf merasa dunia seolah diperuntukkan bagi dia. Ia memiliki pekerjaan sebagai tukang kayu. Pertunangannya dengan Maria tentu membahagiakan hatinya. Namun tiba-tiba dunia terasa runtuh! Maria hamil! Padahal keduanya belum hidup sebagai suami-isteri. Tentu ia kecewa karena merasa dikhianati. Meski mencintai Maria, pasti sulit bagi dia untuk mempercayai cerita Maria.

Lalu apa yang harus ia lakukan? Hukum yang berlaku saat itu bagi para pelaku zinah adalah dilempari batu hingga mati. Ini bisa menjadi alasan untuk memutuskan pertunangan. Yusuf memilih untuk memutuskan pertunangannya secara diam-diam. Ia tidak ingin mempermalukan Maria di depan orang banyak. Tanpa disangka, malaikat menemui dia di dalam mimpi dan berbicara secara khusus mengenai kehamilan Maria. Respon Yusuf sungguh berbeda dari sikapnya sebelumnya. Ia bersedia menaati Allah dan menjadikan Maria sebagai isterinya. Yusuf adalah figur natal yang tidak terlupakan. Ia bukan pemeran utama, tetapi bukan tidak penting. Namun ia membutuhkan campur tangan ilahi sebelum mampu menjalankan peran yang dirancangkan Allah bagi dia.

Dipakai Allah sebagai alat untuk menggenapkan rencana-Nya seringkali terdengar indah di telinga, tetapi berat untuk dijalankan. Mengapa? Karena harus mengorbankan hasrat, harapan atau ambisi kita. Bahkan mungkin kita merasa bahwa harga diri kita pun ikut dirampas. Namun kita harus mengimani bahwa kehendak Allah atas kita merupakan yang terbaik. Kita juga harus menyadari bahwa dilibatkan Allah ke dalam penggenapan rencana-Nya merupakan hal yang sungguh mulia bagi kita.  Mulia walaupun kita tidak mendapat penghormatan dari orang lain. Bila kita tetap merasa berat menjalankan kehendak Tuhan, mintalah Tuhan menerangi hati dan pikiran kita. Serta menguatkan kita. Allah suka dengan sikap hati Yusuf yang penuh dengan ketulusan dan ketaatan terhadap perintah dan janji Allah.

Janji Allah pasti digenapi! Lalu janji manusia bagaimana? Allah berjanji melalui seorang malaikat Tuhan kepada Yusuf keturunan Daud, bahwa Maria tunangannya akan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Yesus, karena Ia akan menyelamatkan umat manusia dari dosa mereka. Ini sesuai dengan kata malaikat Tuhan mengenai kelahiran Anak sebagai Penebus dosa.

Tetapi bagaimana janji Yusuf keturunan Daud terhadap Maria tunangannya? Yang semula akan menikahinya, kemudian menjadi ragu-ragu. Mengapa? Karena dia belum pernah berbuat sebagaimana layaknya sebagai suami-isteri, tetapi mengapa Maria sudah mengandung. Ini suatu cerminan dari ketidaktahuan Yusuf (manusia) akan kebenaran yang dari Allah.

Siapa yang dapat menyangkal bahwa janji Tuhan itu tidak benar? Tidak ada! Apalagi kita sebagai orang beriman, hendaknya kita belajar dari Yusuf: ketulusan, ketaatan, pengorbanan untuk melakukan kasih dan kebaikan. (Warta Pelayanan JGSN, Minggu 23 Desember 2018)

Kebaktian Utama Minggu (KUM) Perayaan Minggu Advent IV (Minggu, 23 Desember 2018) di Jemaat Gunung Sinai Naikolan yang dipimpin oleh Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol. bertema: “Belajar dari Yusuf: Ketulusan dan Ketaatan”. Nats Pembimbing terambil dari: 1 Petrus 1:22, dan pembacaan Firman dari: Matius1:18-25. [Admin: p-nett]

0 comments:

Posting Komentar