Pdt. Nicodemus Y. Auw, S.Th (Pada KUM I JGSN) |
Tuhan
memberikan manusia kemampuan berpikir, sehingga dapat merancang dan bertindak
untuk keinginannya. Akan tetapi seringkali fakta yang terjadi tidak dapat
dimengerti dan dijelaskan. Peristiwayang terjadi di luar logika umum (mustahil)
akan membuat manusia heran dan terkejut. Bila suatu peristiwa terjadi di luar
logika manusia dan tidak bertentangan dengan norma masyarakat, maka peristiwa
itu akan diterima sebagai suatu mujizat. Namun, jika ada peristiwa yang terjadi
di luar logika dan tidakberkenan bagi budaya setempat maka peristiwa itu akan
menimbulkan keresahan.
Narasi Lukas 1:26-38 ini dimulai dengan
perintah Tuhan kepada malaikat Gabriel untuk pergi ke sebuah kota kecil di
Galilea di daerah Nazaret. Suruhan Tuhan ini akan menemui seorang perawan, yang
sedang bertunangan dengan Yusuf dari keturunan Daud. Ini hendak menunjukkan
bagaimana Allah tetap menggenapi janji-Nya, bahwa keturunan Daud akan
berkelanjutan selama-lamanya.
Perjumpaan
Maria dengan malaikat Gabriel di Galilea-Nazaret merupakan sebuah pertemuan
rohani, pertemuan yang tidak dapat dialami semua manusia. Pesan utama yang
disampaikanoleh malaikat Gabriel adalah akan terjadi dua peristiwa yang tidak
masuk logika manusia pada zaman itu dan saat ini. Pertama, Maria belum
bersuami tetapi akan mengandung dan melahirkan seorang anak. Pesan itu bukan membuat
Maria takut, karena ia belum bersuami dan kejadian itu tidak akan terjadi pada
daerah yang budayanya masih terpelihara dengan baik. Kedua, Elisabeth
saudaranya akan melahirkan. Elisabeth telah menikah dengan Zakharia, tetapi
sampai pada usia wajar mereka belum memiliki keturunan. Maka pesan ini tentu
mencengangkan Maria.
Marialah
yang dipilih oleh Allah untuk mendapat kasih karunia Allah. Karunia yang sangat
istimewa yaitu “KASIH”. Salah satu sifat Allah adalah kasih, dan benar ini
terbukti dalam Yohanes 3:16. Maria menerima kemustahilan ini dengan segala
kerendahan hati, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku
menurut perkataanmu iyu.” Ucapan Maria ini sungguh sangat indah; suatu
penerimaan atas “pesan khusus” sekaligus penyerahan diri atas penunjukan Allah
sebagai alat-Nya. Maria berani mengambil resiko karena ia sadar bahwa ia
mendapat kasih karunia dari Allah. Malaikat menyebut dirinya sebagai “yang
dikaruniai Allah”. Maria sadar bahwa kasih karunia Allah akan memampukan
dirinya. Selebihnya, Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan
merenungkannya.
Memilih
untuk taat memang membutuhkan perjuangan. Menaklukkan pikiran manusia,
merelakan hati dan kehendak pribadi kepada cara Tuhan, bahkan terkadang sampai
harus melawan logika. Namun, ketika ada iman dan hati yang percaya bahwa cara
Tuhan jauh lebih baik, pada akhirnya semua itu akan terbukti bahwa tuntunan
Allah adalah kebenaran yang paling benar dan paling memerdekakan. Percayalah
ketaatan tidak akan pernah mendatangkan kesulitan. “Ketaatan diawali dari
kerelaan hati untuk mengakui bahwa firman Tuhan lebih besar daripada pemikiran
kita sendiri.” EsNa [Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 16 Desember 2018]
Kebaktian Utama
Minggu (KUM) Perayaan Minggu Advent III (Minggu, 16 Desember 2018) di Jemaat Gunung
Sinai Naikolan bertema: “Belajar dari Maria: Kesederhanaan dan Kerendahan Hati”.
Nats Pembimbing terambil dari: Lukas 1:38a, dan pembacaan Firman dari Lukas1:26-38.
KUM I dipimpin
oleh pelayan tamu, Pendeta Nicodemus Y. Auw, S.Th. dari Jemaat Pniel Manutapen.
KUM II dipimpin oleh nona Calon Vikaris Ester Imelda Nabuasa, S.Th. [Admin: p-nett]
0 comments:
Posting Komentar