Senin, 17 Desember 2018

Belajar Dari Maria: “Kesederhanaan Dan Kerendahan Hati”


Pdt. Nicodemus Y. Auw, S.Th (Pada KUM I JGSN)





Tuhan memberikan manusia kemampuan berpikir, sehingga dapat merancang dan bertindak untuk keinginannya. Akan tetapi seringkali fakta yang terjadi tidak dapat dimengerti dan dijelaskan. Peristiwayang terjadi di luar logika umum (mustahil) akan membuat manusia heran dan terkejut. Bila suatu peristiwa terjadi di luar logika manusia dan tidak bertentangan dengan norma masyarakat, maka peristiwa itu akan diterima sebagai suatu mujizat. Namun, jika ada peristiwa yang terjadi di luar logika dan tidakberkenan bagi budaya setempat maka peristiwa itu akan menimbulkan keresahan.

 Narasi Lukas 1:26-38 ini dimulai dengan perintah Tuhan kepada malaikat Gabriel untuk pergi ke sebuah kota kecil di Galilea di daerah Nazaret. Suruhan Tuhan ini akan menemui seorang perawan, yang sedang bertunangan dengan Yusuf dari keturunan Daud. Ini hendak menunjukkan bagaimana Allah tetap menggenapi janji-Nya, bahwa keturunan Daud akan berkelanjutan selama-lamanya.

Perjumpaan Maria dengan malaikat Gabriel di Galilea-Nazaret merupakan sebuah pertemuan rohani, pertemuan yang tidak dapat dialami semua manusia. Pesan utama yang disampaikanoleh malaikat Gabriel adalah akan terjadi dua peristiwa yang tidak masuk logika manusia pada zaman itu dan saat ini. Pertama, Maria belum bersuami tetapi akan mengandung dan melahirkan seorang anak. Pesan itu bukan membuat Maria takut, karena ia belum bersuami dan kejadian itu tidak akan terjadi pada daerah yang budayanya masih terpelihara dengan baik. Kedua, Elisabeth saudaranya akan melahirkan. Elisabeth telah menikah dengan Zakharia, tetapi sampai pada usia wajar mereka belum memiliki keturunan. Maka pesan ini tentu mencengangkan Maria.
 
Cavik. Ester Imelda Nabuasa, S.Th. (Pada KUM II)
Marialah yang dipilih oleh Allah untuk mendapat kasih karunia Allah. Karunia yang sangat istimewa yaitu “KASIH”. Salah satu sifat Allah adalah kasih, dan benar ini terbukti dalam Yohanes 3:16. Maria menerima kemustahilan ini dengan segala kerendahan hati, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu iyu.” Ucapan Maria ini sungguh sangat indah; suatu penerimaan atas “pesan khusus” sekaligus penyerahan diri atas penunjukan Allah sebagai alat-Nya. Maria berani mengambil resiko karena ia sadar bahwa ia mendapat kasih karunia dari Allah. Malaikat menyebut dirinya sebagai “yang dikaruniai Allah”. Maria sadar bahwa kasih karunia Allah akan memampukan dirinya. Selebihnya, Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.

Memilih untuk taat memang membutuhkan perjuangan. Menaklukkan pikiran manusia, merelakan hati dan kehendak pribadi kepada cara Tuhan, bahkan terkadang sampai harus melawan logika. Namun, ketika ada iman dan hati yang percaya bahwa cara Tuhan jauh lebih baik, pada akhirnya semua itu akan terbukti bahwa tuntunan Allah adalah kebenaran yang paling benar dan paling memerdekakan. Percayalah ketaatan tidak akan pernah mendatangkan kesulitan. “Ketaatan diawali dari kerelaan hati untuk mengakui bahwa firman Tuhan lebih besar daripada pemikiran kita sendiri.” EsNa [Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 16 Desember 2018]

Kebaktian Utama Minggu (KUM) Perayaan Minggu Advent III (Minggu, 16 Desember 2018) di Jemaat Gunung Sinai Naikolan bertema: “Belajar dari Maria: Kesederhanaan dan Kerendahan Hati”. Nats Pembimbing terambil dari: Lukas 1:38a, dan pembacaan Firman dari Lukas1:26-38.

KUM I dipimpin oleh pelayan tamu, Pendeta Nicodemus Y. Auw, S.Th. dari Jemaat Pniel Manutapen. KUM II dipimpin oleh nona Calon Vikaris Ester Imelda Nabuasa, S.Th. [Admin: p-nett]

0 comments:

Posting Komentar