Selasa, 16 Mei 2017

Pentas Liturgi Etnis Timor di Jemaat Gunung Sinai Naikolan




“Menyanyi dan Menari bagi ALLAH”
Atraksi Budaya

Pentas liturgi etnis Timor di Jemaat Gunung Sinai Naikolan dilaksanakan pada Kebaktian Utama Minggu, 14 Mei 2017. Jemaat Gunung Sinai Naikolan terpilih sebagai jemaat sampel di tingkat Klasis Kota Kupang untuk memperagakan pentas liturgi dalam etnis Timor.

Kebaktian yang berlangsung dalam nuansa etnis Timor (TTS) yang kental ini diwarnai dengan berbagai macam atraksi budaya yang sangat memukau dari awal hingga akhir.

Bersama Tim Musik BP. Pengembangan Liturgi & Muger Sinode GMIT

Mengusung tema “Menyanyi dan Menari bagi ALLAH”, atraksi pembuka dimulai dengan tuturan mengenai sebuah tarian budaya etnis Timor, Bonet. Bonet adalah sebuah tarian yang merefleksikan banyak hal dalam kehidupan:
 
Atraksi Budaya
“Betapa baik dan indahnya, bersehati dalam damai, bergandeng tangan merajut sukacita. Seirama menghentakkan kaki, bermadah tentang Pencipta, mengenang cinta leluhur. Berkeluh tentang pengembaraan dan perjuangan hidup. Berkisah tentang hikmat persaudaraan. Bersyukur akan kelahiran, lalu sujud meratapi kematian.” (Penutur 1)

“Tarian Bonet mengusung persaudaraan, bergandengan tangan, berirama dalam satu langkah. Hidup tak bias dirajut sendiri. Hidup adalah corak tenunan keindahan. Tarian Bonet menggemakan ucapan syukur….. bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia Tuhan.” (Penutur 2)

“Lihatlah pada semesta! Di waktu hujan, katak-katak pun bersorak tentang kebaikan Tuhan yang tiada pernah berhenti. Bonet memaknai cerita masa lalu, masa kini dan masa depan. Semua makhluk diundang, segala bumi dipanggil dalam satu ziarah: Menyanyilah…. Menarilah bagi ALLAH!” (Penutur 3)
 
Pdt. H. Abineno, Sm.Th., M.Pd.
Kebaktian Utama Minggu (KUM) I dipimpin oleh Pdt. H. Abineno, Sm.Th, M.Pd., dan didukung oleh Tim Praktisi Musik Gereja dari Badan Pengurus (BP) Pengembangan Liturgi dan Musik Gereja Sinode GMIT. KUM II dipimpin oleh Cavik. Semuel O. Lobang, S.Th.
 
Cavik Semuel O. Lobang, S.Th.
Pembacaan Alkitab terambil dari Keluaran 15:1-21Nyanyian Musa dan Israel.”
Renungan:
Dalam setiap budaya, suku bangsa, seni tari dan musik serta lagu dikembangkan dan memiliki fungsi bagi kehidupan individu, sosial maupun kehidupan keagamaan. Musik dan tarian bias menjadi jiwa sekaligus unsur penting dalam membangun mental sesorang. Musik dan tarian bias juga mengekspresikan rasa hormat, kasih, saying, cinta, kemesraan, dan penghargaan, namun bisa juga menampilkan rasa marah, kekecewaan, kebencian, dan permusuhan kepada yang lain. Lebih dari itu, musik, nyanyian dan tarian berfungsi untuk mengekspresikan rasa bakti kepada Pencipta dan Pemelihara hidup. Keluhan atas penderitaan, sakit penyakit dan musibah, maupun syukur atas karya keselamatan dapat juga diekspresikan dalam musik, nyanyian dan tarian kepada ALLAH. Penggambaran yang nyata mengenai musik, nyanyian dan tarian dari umat kepada Penciptanya dengan jelas dijelaskan dalam bacaan ini (Kel. 15:1-21) dimana seluruh umat menaikkan nyanyian syukur kepada ALLAH atas kasih dan kuasa-NYA yang menyertai serta melindungi kehidupan mereka (ay. 1). Pujian ini merupakan ungkapan syukur dalam bentuk nyanyian pertama yang muncul dalam Alkitab. Isi pujian syukur itu benar-benar lahir dari pengalaman mereka yang ril: mereka mengagungkan TUHAN, IA tinggi luhur, IA bertindak menghukum penguasa yang lalim, dan DIA membela orang-orang lemah dan terancam. Kedahsyatan kemahakuasaan ALLAH juga terdengar sampai ke orang Edom dan orang Kanaan sehingga mereka gempar dan gemetar serta ngeri dan takut untuk menyerang bangsa itu (ay. 14-16). Tidak sampai di situ, saudari perempuan Musa dan Harun, beserta kaum perempuan bangsa Israel lainnya, merasa nyanyian saja tidak cukup, lalu ia mengambil rebana, menabuhnya dan menari serta menyanyi bagi TUHAN. Untuk mensyukuri peristiwa besar itu, segenap kaum itu menyatu dalam musik, tarian dan nyanyian. Budaya merupakan anugerah ALLAH, melalui akal budi yang Tuhan ALLAH karuniakan. Dapat dikatakan bahwa melalui budaya kita dapat menemukan hikmat ALLAH kepada manusia. Gereja sebagai wadah pemersatu persekutuan umat memiliki tugas untuk mengembangkan budaya yang luhur, serta bertindak untuk mengkritisi praktek-praktek budaya (seni tari, musik) yang dapat memecah belah persatuan serta menghina ALLAH. [SE_LO – Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 14 Mei 2017]


Kegiatan yang dimotori oleh BP. Pengembangan Liturgi dan Musik Gereja Sinode GMIT ini dilaksanakan sebagai contoh dari penggunaan/penerapan liturgi etnis dalam merayakan bulan Bahasa dan Budaya yang baru dicanangkan oleh Sinode GMIT pada setiap bulan Mei. Contoh liturgi ini akan menjadi dasar acuan bagi seluruh gereja/jemaat GMIT dalam merayakan bulan Bahasa dan Budaya di tahun-tahun mendatang.
 
Tim Praktisi Musik BP. Pengembangan Liturgi & Muger Sinode GMIT
Tema utama bulan Bahasa dan Budaya tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Majelis Sinode GMIT adalah “Bahasa dan Budaya sebagai Sarana Pembaharuan”. Tema-tema mingguan untuk setiap etnis pun berbeda-beda.
Tim Praktisi Musik BP. Pengembangan Liturgi & Muger Sinode GMIT

Berikut ini adalah Gereja/Jemaat di tingkat klasis yang terpilih sebagai sampel dalam bulan Bahasa dan Budaya tahun 2017 dengan tema-tema mingguannya:

  1. Minggu, 7 Mei: Liturgi Etnis Alor Pantar di Jemaat Karmel Fatululi; Tema: “ALLAH Menciptakan Beragam Bahasa”,
  2. Minggu, 14 Mei           : Liturgi Etnis Timor (TTS) di Jemaat Gunung Sinai Naikolan; Tema: “Menyanyi dan Menari bagi ALLAH”,
  3. Minggu, 21 Mei           : Liturgi Etnis Rote di Jemaat Koinonia Kuanino; Tema: “Bermusik bagi ALLAH”,
  4. Kamis, 25 Mei: Liturgi Multi Etnis di Jemaat Ebenheizer Oeba; Tema: “Bahasa sebagai alat Kesaksian”,
  5. Minggu, 28 Mei           : Liturgi Etnis Sabu di Jemaat Ora et Labora Nunhila; Tema: “Keragaman Budaya sebagai Kekayaan dalam Tubuh Kristus”.

0 comments:

Posting Komentar