Jumat, 08 Januari 2016

Perayaan Natal Lintas Agama Di Jemaat Gunung Sinai Naikolan


Foto Bersama Gubernur NTT, Walikota Kupang, & Para Pemimpin Umat di Rumah Kebaktian JGSN

Pernahkah kita membayangkan ada seorang Ustad atau Imam Masjid, Pedanda atau Pendeta Hindu yang memberikan ceramah/refleksi dan/atau berkhotbah di dalam sebuah kebaktian di Gereja? Pernahkah kita mendengarkan ucapan/perkataan/sapaan “Assalamualaikum Wr. Wb.” dan/atau “Om Santi Santi Om” kepada umat/jemaat yang hadir dalam sebuah kebaktian Gereja? Pernahkah kita melihat ada sekelompok pemuda/remaja Masjid yang membawakan/mengisi nyanyian Qasidah dalam sebuah tata ibadah di Gereja? Dan pernahkah kita menyaksikan ada sekelompok penari Bali yang mempersembahkan tarian penyembahan mereka kepada sang Pencipta di dalam sebuah prosesi ibadah di Gereja?
Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol.

Itulah beberapa pertanyaan yang mustahil untuk mendapatkan jawaban “Ya, pernah!” dari sebagian kita yang masih gemar mempermasalahkan dan/atau mempertentangkan perbedaan.

Namun, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut baru saja terjawab di Kelurahan Naikolan-Kota Kupang-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jawaban-jawabannya terlihat jelas dalam syukuran/perayaan Natal bersama lintas agama, acara Halal Bihalal Maulid Nabi Muhammad, dan peringatan hari raya Galungan pada Kamis, 7 Januari 2016. Perayaan yang sangat menjunjung tinggi toleransi tersebut dihadiri oleh segenap umat/jemaat lintas agama di wilayah Kelurahan Naikolan. 

Syukuran/perayaan yang berlangsung di Rumah Kebaktian Jemaat Gunung Sinai Naikolan ini diawali dengan kebaktian yang dipimpin oleh Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol. (Ketua Majelis Jemaat Gunung Sinai Naikolan). Syukuran/perayaan dengan tema “Hidup Bersama Sebagai Keluarga ALLAH” ini mengahadirkan 4 (empat) pembicara/pengkhotbah/penceramah yang mewakili 4 agama di kelurahan Naikolan yakni Islam, Katholik, Hindu, dan Kristen Protestan. Renungan/khotbah di bawakan secara bergantian dalam satu tata ibadah yang berlangsung khusuk, hikmat dan penuh sukacita.

Ustad Muchsin Thalib
Grup Qasidah Masjid Mujahidin Oepura
Mewakili umat Islam, Ustad Muchsin Thalib (Imam Masjid Mujahidin Oepura), menegaskan bahwa Tuhan menciptakan kita berbeda. Berbeda adalah anugerah (sebutan untuk orang Kristen) dan hidayah (sebutan untuk orang Islam). Keberadaan kita yang berbeda adalah berkah. Dalam perbedaan itu ada keindahan. Oleh sebab itu, mari kita bangun kebersamaan karena kita semua adalah umat Tuhan dan hamba-hamba Tuhan. Damailah bumi, damailah manusia, dan damailah pribadi-pribadi kita. Kita yang berbeda adalah satu keluarga. Mari kita hidup bersaudara karena kita adalah keluarga Allah!

Romo Constantinus Ntalung, SVD
PS. Voice of Carmel St. Joseph Naikoten
Pada kesempatan berikutnya, mewakili umat Katholik, Romo Contantinus Ntalung, SVD. mengatakan bahwa kita datang untuk berbagi kasih dan sukacita satu dengan yang lainnya. Kita semua yang hadir adalah satu keluarga umat manusia. Kiranya moment perayaan/syukuran ini menjadi tali pengikat persaudaraan dan kekeluargaan kita sebagai keluarga umat manusia yang tinggal di Kelurahan Naikolan, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kita sesungguhnya adalah keluarga umat Allah, dan keluarga umat manusia yang sedang berziarah di muka bumi. 

Pedanda Anak Agung G. S. M. Putra
Grup Tari Sanggar Giri Agung Kertabuana
Pedanda Anak Agung G. S. M. Putra, mewakili umat Hindu (Parisada Hindu Dharma Indonesia) menekankan bahwa semua umat manusia adalah bersaudara, harus saling mencintai. Perbedaan agama adalah sebuah fakta. Berbeda bukan berarti bertentangan. Kita perlu mengembangkan ajaran cinta kasih yang bersumber dari agama kita masing-masing. Kita harus berdialog bukan hanya dengan diri kita sendiri tapi juga dengan sesaama kita yang berbeda. Dialog dilakukan bukan untuk mempertentangkan perbedaan sebagaimana debat yang lebih mementingkan kalah-menang, melainkan untuk memahami perbedaan yang ada. 

Pdt. Elisabeth Maramba-Kebang, S.Th. (Ketua MJ Bethania)
VG. Selemia Voice JGSN
Pendeta Elisabeth Maramba-Kebang, S.Th. (Ketua Majelis Jemaat Bethania-Naikolan), mewakili umat Kristen menegaskan bahwa kita sebagai umat manusia, sebagai warga negara adalah satu keluarga Allah. Kita adalah kawan sewarga yang adalah anggota keluarga Allah. Tidak ada di antara kita yang ingin dicap kafir atau pun tidak kudus. Kita adalah adalah anggota keluarga Allah yang harus hidup bersama dalam satu rumah. Oleh sebab itu, yang kita perlukan adalah solidaritas kekeluargaan, toleransi, hidup saling mengasihi dalam persaudaraan. 

Syukuran/perayaan yang berlangsung hikmat dalam keharmonisan ini juga dimeriahkan oleh puji-pujian dan tarian penyembahan dari Grup Qasidah Masjid Mujahidin Oepura, Paduan Suara VOICE OF CARMEL Gereja St. Joseph Naikoten, Vocal Group SELEMIA VOICE Jemaat Gunung Sinai Naikolan dan tarian Bali asuhan Sanggar Giri Agung Kertabuana Kupang. Acara syukuran/perayaan yang diselenggarakan oleh panitia perayaan Kelurahan Naikolan ini dihadiri oleh Walikota Kupang, Jonas Salean dan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya, dan sejumlah SKPD.

0 comments:

Posting Komentar