Pdt. Ch. S. V. Lada-Messakh, S.Si.Teol. & MJGSN Rayon 3 |
“Siapa Mencintai Nyawa Akan Kehilangan Nyawanya” adalah
tema Kebaktian Utama Minggu, 22 Maret 2015, yang telah memasuki Minggu Sengsara
VI di Jemaat Gunung Sinai Naikolan. Kebaktian dipimpin oleh Pdt. Ch. S. V.
Lada-Messakh, S.Si.Teol. dengan menggunakan Tata Ibadah Khusus Minggu Sengsara VI
yang disusun oleh Majelis Klasis Kota Kupang-Rayon IV.
Pembacaan Firman Tuhan terambil dari Yohanes 12:20-36
dengan judul “Yesus memberitakan kematian-Nya”.
Majelis rayon yang bertugas pada kebaktian Minggu Sengsara III
adalah Majelis Rayon 3 JGSN.
Puji-pujian liturgy terambil dari:
- KJ 26 “MAMPIRLAH DENGAR DOAKU” (Intrumen Pembuka),
- KJ 361:1, 2 “DI SALIBMU ‘KU SUJUD” (Panggilan Beribadah),
- KJ 460:1, 2 “JIKA JIWAKU BERDOA” (Introitus: Nats Pembimbing),
- NKB 13:1 “O ALLAHKU, JENGUKLAH DIRIKU” (Pengakuan Dosa),
- NKB 13:2 “O ALLAHKU, JENGUKLAH DIRIKU” (Berita Anugerah),
- NKB 3:1 “TERPUJILAH ALLAH” (Puji-Pujian),
- Ragam KJ 473a “HOSIANA” (Pemberitaan Firman),
- NKB 120:1 “TIADA LAIN LANDASANKU” (Pengakuan Iman),
- KJ 367:1-6 “PADAMU, TUHAN DAN ALLAHKU” & KJ 365a:4 “TUHAN, AMBIL HIDUPKU” (Persembahan),
- KJ 438:1 “APAPUN JUGA MENIMPA” (Pengutusan), dan
- KJ 375 “SAYA MAU IKUT YESUS” (Penutup).
Kematian Yesus merupakan
suatu pengorbanan besar bagi dunia. Tanpa pengorbanan itu keselamatan Allah
tidak akan diberikan bagi kita dan dunia. Untuk tujuan yang besar itu Yesus
rela mati dan mempertaruhkan hidup-Nya. Ia tidak mencari kesenangan bagi
diri-Nya di dalam dunia ini (ayat 25).
Untuk itulah Yesus
mempersiapkan murid-murid-Nya dan siapa saja yang mau mengikut Dia untuk setia
mengikut Dia, untuk setia melakukan pelayanan-Nya. Kehadiran Yesus dengan
pelayanan-Nya adalah selalu diantara orang-orang yang menderita. Maka pelayanan
kitapun harus tertuju kepada mereka yang menderita itu. Pelayanan kita harus
menyatakan kehadiran Yesus dan kerajaan-Nya. Itu berarti bahwa pelayanan kita
harus senantiasa diwarnai dengan keadilan, kebenaran dan damai sejahtera-Nya
(ayat 26).
Pelayanan kita dengan
demikian bukanlah usaha untuk menyenangkan diri sendiri, apalagi cara untuk
mencari keuntungan bagi diri sendiri. Allah harus dimuliakan dan tanda-tanda
kerajaan-Nya harus kita dirikan di dalam dunia ini. Banyak perkara besar, tanda
ajaib dan mujizat telah dilakukan Yesus. Ia pun telah menggunakan rupa-rupa
kesempatan untuk mengarahkan orang Israel dengan Firman Allah, khususnya
tentang Mesias dan pengorbanan-Nya.
Namun, mereka belum
juga lepas dan bebas dari keinginan dan harapan yang salah tentang Mesias.
Mereka belum melihat bahwa di dalam diri Yesus, Mesias yang dijanjikan Allah
telah datang, dan bahwa Dia yang datang dengan nama Allah itu akan memnderita
bahkan sedia berkorban dengan menyerahkan diri-Nya sampai mati.
Itulah sebabnya Ia
mendesak umat Israel agar mereka menjadi anak-anak terang. Artinya, supaya
mereka percaya pada Yesus dan dengan demikian mengubah semua harapan dan
angan-angan yang salah tentang Mesias. Dengan bersikap begitu mereka akan
terarah pada kekayaan Allah yang tersedia di dalam Kristus.
Bagi kita, menjadi
Kristen berarti menerima Yesus yang telah mati dan bangkit sebagai Tuhan dalam
suka dan duka hidup kita. Kematian-Nya menghidupkan banyak orang dan ini
menjadi teladan untuk dilakukan oleh pengikut Kristus. Tidak harus “mati
benaran” seperti Kristus. Untuk dapat menjadi berkat yang menghidupkan dan
menyejahterakan sesama umat Tuhan, hanya perlu mau berkorban. Mengorbankan
keinginan, kepentingan sendiri demi kebaikan umat manusia yang dikasihi Tuhan.
Yang terjadi sekarang
adalah orang berlomba memperjuangkan kepentingan diri dan berjuang menyejahterakan
diri sendiri. Dalam pandangan Tuhan, dapat dikatakan orang ini sudah mati
selagi hidup. Dia tidak menjadi berkat bagi sesama, tidak memuliakan Tuhan
dengan hidupnya. Dia mencintai nyawanya, tetapi telah kehilangan nyawanya.
Tuhan menginginkan
umat-Nya hidup meneladani diri-Nya berkorban demi melaksanakan misi Allah
menyelamatkan dunia. Amin. (Renungan—Warta Pelayanan JGSN, Minggu, 22 Maret
2015)
“Selamat merayakan Masa Raya Pra-Paskah (Minggu Sengsara VI)!”