SEPANJANG
LORONG GELAP
“MAZMUR 23:1-6”
Oleh: Cavik Messakh Mangngi, S.Th.
Cavik Messakh Mangngi, S.Th. |
Manusia itu bisa mengingat, termasuk
mengingat masa lalu. Karena itu manusia bisa bercerita tentang masa lalu. Ia
juga bisa menimbang dan menilai pengalaman masa lalunya. Dari mengingat,
bercerita, menimbang dan menilai masa lalu, manusia itu belajar mengenal
dirinya: mengenal kekuatan dan kelemahannya, sekaligus bersiap menghadapi masa
depannya. Itulah yang disebut “belajar dari sejarah.”
Kalau kita baca maca Mazmur 23:1-5 kita
menemukan bahwa Daud bertutur tentang masa lalu. Ia menyaksikan pengalaman
hidupnya.Tetapi pengalaman hidup itu masih terus ia alami sampai pada waktu ia
bercerita. Maka Daud tidak memakai kata “telah” di depan semua kata
benda: gembala (1) “Tuhan telah menjadi gembalaku”; tidak pakai kata “telah” di
depan semua kata kerja: telah membaringkan (1); telah membimbing (2); telah
menyegarkan, telah menuntun (3); telah besertaku, telah menghiburku (4), telah
menyediakan, telah mengurapi (5). Cara bercerita Daud menunjukkan bahwa sampai
waktu ia bercerita Tuhan masih tetap adalah: gembalaku, membaringkan,
membimbing, menyegarkan, menuntun, beserta, menghibur, menyediakan, mengurapi.
Tuhan tidak berhenti menjadi gembala bagi Daud tetapi terus menjadi gembala
sampai saat ia bertutur, sampai saat ia berkisah, sampai saat ia bertutur.
Dengan bercerita tentang masa lalu Daud
menemukan bahwa Allah, Tuhannya, sungguh amat baik kepadanya. Ia menemukan
bahwa Tuhan sungguh amat peduli, amat serius dan amat bersungguh-sungguh
mengurus kehidupan Daud. Ia terpesona dan heran akan kesungguhan cinta kasih Tuhan
yang tidak kunjung usai merawat hidup Daud. Daud menemukan bahwa masa lalu yang
ia telah jalani juga penuh dengan pengalaman berat, kesulitan yang nyaris tidak
bisa diatasi yang ia sebut sebagai “lembah kekelaman” atau dalam terjemahan
lama disebut “lembah bayang-bayang maut”. Ia tentu pernah sakit, ia menderita.
Ia juga pernah terancam hidupnya. Tetapi Tuhan yang terus peduli, yang terus
serius mengurus hidupnya membuat ia sanggup mengatasi setiap penderitaan, sakit
dan ancaman hidup.
Mari sejenak kita merefleksikan diri diakhir tahun 2013 untuk
meninjau kembali masa satu tahun yang akan segera berakhir. Masa masa kelam,
masa sakit, masa derita yang penuh duri dan bahaya, yang membuat hati cemas,
kecut bahkan nyaris tersingkir dari panggung kehidupan. Kita juga mengingat
masa-masa indah dan cerah penuh berkat yang membawa tawa ria dan syukur. Kita
mengingat akan kesalehan, iman dan kesetiaan kita kepada Tuhan dan kepada
gereja. Kita juga mengingat kelemahan iman, pertengkaran iman dan kejatuhan
iman sekaligus kelalaian kita terhadap dan dalam gereja kita. Kita mengatasi
semua itu kita dibuat terpesona oleh kasih setia Tuhan yang tidak berubah yang
terus-menerus mengurusi hidup kita. Yang membuat kita ada dan bertumbuh dan
maju dalam iman dan perbuatan baik. Bertumbuh dan maju dalam hidup sehari-hari,
sekalipun mungkin kita mencapai kemajuan dengan kerja keras, dengan berhemat
sana sini, dengan berhutang sana-sini lalu bekerja keras membayar sana-sini
.... tokh kita mengalami bahwa kita maju dan bertumbuh. Itulah pesona hidup
yang Daud alami dan yang kita alami. Itulah pesona penyertaan Allah yang tak
kunjung lelah mengurusi kita semua yang adalah anak-anak-NYA.
Kini pertanyaan kita adalah: mengapa Tuhan
Allah begitu sibuk, begitu serius, begitu peduli, begitu intens mengurusi hidup
Daud dan hidup kita? Memangnya Allah tidak menjadi lelah? Apa karena Daud dan
kita semua adalah orang-orang hebat yang tidak ada cacat celanya? Orang-orang
saleh yang hatinya putih seperti malaikat? Daud berusaha mencari alasan mengapa
Allah peduli padanya. Ternyata ia tidak menemukan alasan dalam dirinya sendiri
yang bisa memaksa Allah untuk mengurusi hidup Daud. Daud menemukan bahwa Allah
begitu peduli terhadapnya dan terhadap kita. Dengan kata lain Daud heran dan
berpikir dalam hati: “Orang model ke beta ini yang tidak selalu setia, tidak
selalu beriman, tidak selalu berharap pada Tuhan, tidak selalu berbuat baik,
bahkan diam-diam seringkali berpikir dan bertindak jahat .... masih juga diurus
oleh Tuhan...” Kesadaran ini membuat Daud tidak bangga di hadapan Tuhan, tidak
sombong di hadapan sesamanya, tidak sokh suci di dalam persekutuan ibadah dan
agamanya. Tidak! Sebaliknya Daud merendahkan diri dan bersaksi katanya: “Tuhan
begitu peduli pada saya ... oleh karena nama-NYA” (3). Tuhan terus setia
dan berbuat baik kepada Daud dan kepada kita karena Ia adalah Tuhan yang setia
kepada Diri-NYA sendiri. Ia tidak dolak dalik. Ia bukan Tuhan yang “muka
belakang” (kata orang Kupang). Ia terus peduli pada umat-NYA sebab IA menjaga
nama baik-NYA. Nama-NYA adalah kudus dan IA menjaminkan diri-NYA untuk tetap
setia memelihara umat-NYA.
Dalam Perjanjian Lama beberapa kali ungkapan
“oleh karena nama-NYA” atau “oleh karena nama-KU” muncul. Kita periksa beberapa
contoh: Mazmur 25:11 (baca). Disitu pemazmur meminta ampun atas dosanya
tetapi bukan dengan membanggakan amalnya seperti doa orang Farisi dalam Lukas
18:11-12 (baca). Tidak! Pemazmur bilang: “Saya berdosa, saya tidak punya
alasan untuk memohon ampun. Tetapi karena Engkau baik maka ampunilah aku
oleh karena nama-MU.
Mazmur 31:4 (senada dengan mazmur 23).
Yes. 48:9: (baca) “oleh karena nama-KU
.....”, “oleh karena kemasyuran-KU
.....” Allah sendiri bertutur bahwa IA tidak bertindak sembarangan kepada
manusia mengikuti nafsu amarah-NYA, tetapi IA menahan amarah, menahan diri oleh
karena nama-NYA sekalipun IA harus berurusan dengan orang-orang yang tidak
tahu, tidak pernah dan tidak mampu “menahan amarah” seperti kita ini.
Yezk. 20:9,14,22: (baca) Allah sendiri
bertindak menjaga kekudusan nama-NYA, menjaga kekudusan umat-NYA walau umat-NYA
tidak mampu menjadi kekudusan hidup dan ibadah mereka. Semua itu Allah lakukan “oleh
karena nama-KU.” Dengan kata lain, bukan manusia yang memaksa Allah berbuat
baik, bukan amal manusia yang memaksa Allah bertidak. Dosa-dosa manusia, juga
dosa-dosa dalam gereja, tidak dapat membuat Allah berhenti bertindak untuk
kebaikan umat-NYA.
Demikianlah diakhir
tahun ini kita bersyukur karena kita telah mengalami bahwa
Allah terus menerus, sepanjang tahun ini, bertindak, bekerja karena IA terus
peduli kepada kita, terus menaruh perhatian kepada kita sekalipun seringkali
kita jatuh dalam rupa-rupa dosa dan aib. Maka bersama Daud baiklah kita
berkata: “Terpujilah engkau ya Tuhan, karena Engkau terus memerus bertindak
untuk kebaikan kami sepanjang tahun 2013 sehingga kami ada di sini, kami bersyukur di penghujung akhir tahun ini. Semua itu telah Engkau perbuat bukan karena kami
baik atau hebat, melainkan oleh karena nama-MU.”
Berdasarkan pengalaman masa lalu sepanjang
tahun 2013 itulah
bersama Daud kita berikrar iman menurut tuturan ayat 6: masa depanku adalah
masa depan yang berlimpah kebajikan dan kemurahan dari Tuhan, masa depanku
adalah masa depan bersama Tuhan. Masa depan adalah kesempatan untuk berbuat
kebajikan dan berlaku murah hati oleh karena nama Tuhan-ku.
Catatan Reflektif:
Walau
dunia disekitar kita mempertontonkan “potret buram” tetapi kita mesti tetap ada
dalam suasana sukacita dan harapan baru untuk maju menggapai hidup bermakna di
dalam Kristus yang lahir dalam kesederhanaan dan kemiskinan. Dengan dilandasi
semangat inilah perubahan yang kita impikan dahulu pasti akan kita gapai walau
dalam waktu yang panjang.
Perjalanan
panjang di tahun 2013 bagai berlalu disebuah lorong yang gelap, adakah cahaya
yang sanggup menerangi lorong tersebut?. Alkisah dalam peristiwa “Betlehem”
diceritakan bahwa terang yang sesungguhnya kini telah dihadirkan dalam
kehidupan umat manusia. Kristus telah lahir bagi umat manusia, dalam pada itu
misi pembebasan dan damai sejahtera yang dibawah oleh sang “bayi natal” kini
menjadi tugas berat dipundak kita, baik sebagai pribadi maupun sebagai gereja
kita diminta untuk memberi diri menjadi agen-agen pembawa damai dimanapun kita
berada dan berkarya.
Sebagai
gereja Tuhan (ingat: persekutuan) kita terpanggil untuk mewartakan syallom
Allah ditengah-tengah dunia yang gelap ini. Kegelapan dunia ini hanya dapat
diterangi bila ada kesediaan setiap orang untuk menyalakan terang yang
sesungguhnya di dalam kehidupannya. Dengan demikian maka cahaya yang kita bawa
ke manapun kita berkarya dan melayani akan menerangi setiap lorong gelap yang
kita jalani. Tahun baru yang masih gelap hanya bisa kita taklukkan bersama
Allah sumber terang yang telah hadir di antara umat manusia.
“SYALLOM”
0 comments:
Posting Komentar